
“Dimas, kok nilaimu makin jelek? Bisa-bisa kamu tidak naik kelas nanti” kata Bu Rini.
Saya kaget mendengar perkataan Bu Rini.
“Eh, iya bu, gimana ya… Kalau saya minta bimbingan belajar sama Bu rini boleh tidak? Sebentar lagi kan mau ulangan, saya takut kalau tidak naik kelas” kata saya sekenanya, eh tapi Bu Rini malah mengiyakan.
“Kalau kamu mau boleh saja. Nanti sore jam 4 datang saja ke rumah saya” kata Bu Rini.
Sebenarnya saya sedikit bingung dengan Bu Rini yang mengiyakan permintaan saya, karena Bu Rini adalah guru BP (Bimbingan & Penyuluhan). Tapi ya sudah saya terima saja.

Saya pun belajar dengan ditemani oleh Bu Rini. Ditengah kegiatan belajar saya, pulpen saya jatuh. Saat saya hendak mengambilnya, ternyata Bu Rini sudah mendahului saya menunduk untuk mengambilkan pulpen saya yang jatuh. Karena posisi kami yang sama-sama menunduk, saya pun bisa melihat isi dalam kaosnya yang berbelahan dada rendah itu. Saya pun terbengong melihat pemandangan seperti itu. Tetapi Bu Rini sepertinya malah sengaja diam dengan posisi seperti itu, sampai saya malu sendiri dibuatnya.
“Maaf Bu…” kata saya, karena saya takut kalau ia marah.
“Gak pa-pa kok… Lihat aja kalau kamu suka. Apa mau lihat yang didalemnya juga?” kata Bu Rini sambil tersenyum menggoda.

“Malu saya Bu” kata saya.
“Gak usah malu, kan kamu sudah bukan anak kecil lagi” katanya sambil mendekat kearah saya.
Tanpa ragu tangannya langsung membelai penis saya yang sudah tegang.
“Pasti kamu belum pernah merasakan nikmatnya sentuhan wanita” bisiknya.

Aku hanya diam saja menikmati perlakuan guru saya itu. Rupanya ia sudah tidak sabar, Bu rini langsung naik keatas saya yang duduk di sofanya. Dia memegang penis saya yang sudah tegang dan keras, kemudian diarahkan ke vaginanya. Dan masuklah batang saya ke lubang Bu Rini yang sudah basah dan licin itu.
“ughh… aaahh… uughhh…” desah Bu Rini sambil naik turun menggoyangkan pinggulnya.
Nikmat sekali rasanya! Baru kali ini saya merasakan kenikmatan yang membuat saya seperti terbang melayang. Sungguh kenikmatan yang luar biasa, saya benar-benar menikmati goyangan Bu Rini diatas saya.

“Ouuchhh… terus Dimas… aaahhhh…” erang Bu Rini.
Dia menggeliat dan terus mengerang keenakan, tiba-tiba tubuhnya menegang, dan…
“Oooohhhhh… aku mau keluar… aaahhhh…” teriak Bu Rini diikuti lenguhan panjang, lalu tubuhnya melemas.
Rupanya Bu Rini sudah mencapai klimaks. Karena saya belum selesai, Bu Rini lalu mengoral penis saya. Dia menciumi batang saya, menjilati dari ujung batang saya sampai bawah pelor saya hingga ke dekat anus. Aaahh, sungguh luar biasa sensasinya, nikmat sekali. Selanjutnya Bu Rini memasukkan penis saya ke mulutnya, lalu dia mengocok penis saya dengan mulut dan juga tangannya.

Dengan posisi seperti ini, vagina Bu Rini jadi terasa lebih sempit dan nikmat. Pantatnya yang semok membuat saya tidak tahan untuk meremasnya. Sesekali Bu Rini menengok kebelakang, membuat saya jadi lebih bernafsu karena melihat wajah cantiknya itu, apalagi ditambah dengan rintihan dan desahannya, benar-benar membuat saya bergairah. Saya pun semakin cepat dan semakin ganas menggoyangkan pinggul saya dan menggenjot Bu Rini.
Sesaat kemudian Bu Rini mendapatkan orgasmenya yang kedua, ia mengerang dan menjerit tidak karuan. Saat itu juga saya juga merasakan sudah berada di puncak, penis saya berdenyut hebat. Saya pun mempercepat genjotan saya, dan akhirnya “crooootttt… crrooottt. Croooott…” saya mengejang dan menembakkan sperma saya didalam liang vagina Bu Rini. Saya sungguh merasakan kenikmatan yang luar biasa. Saking banyaknya sperma saya yang muncrat di vigina Bu Rini, saat saya tarik penis saya keluar, terlihat cairan itu menetes keluar hingga membasahi pahanya yang mulus.
Lemas sekali badan saya rasanya setelah bermain dengan guru saya itu. Tetapi rasanya sungguh nikmat sekali sampai membuat saya ketagihan. Bu Rini pun memuji kejantanan saya. Sejak saat itu, saya jadi sering belajar dengan Bu Rini di rumahnya. Bukan pelajaran sekolah, tapi pelajaran tentang sex.
Saya benar-benar belajar banyak dari Bu Rini, kami sudah mencoba berbagai gaya, doggy style, 69 dan lain-lain. Kami selalu melakukan itu di rumahnya, entah itu di ranjang, sofa, kamar mandi, bahkan di dapur.
Memang saya tetap tidak belajar pelajaran sekolah, tapi entah kenapa nilai saya cukup lumayan. Meskipun tidak ranking, tapi saya tetap naik kelas. Mungkin itu karena saya sudah “belajar” dengan Bu Rini, hehe.