
Sarah cukup cantik dan kelihatan sudah matang dengan usianya yang relatif sangat muda, tingginya kira-kira 160 cm. Yang membuat saya bergelora adalah tubuhnya yang putih dan kedua buah dadanya yang cukup besar. Ahh, kapan saya bisa mendapatkannya, pikirku. Menikmati tubuhnya, menancapkan penis saya ke vaginanya dan menikmati gelora kegadisannya.
Usia saya sudah 32 tahun, belum menikah tapi sudah punya pacar yang jauh di luar kota. Soal hubungan seks, saya baru pernah dua kali melakukannya dengan wanita. Pertama dengan Mbak Nani, teman sekantor saya dan dengan Elis. Dengan pacar saya, saya belum pernah melakukannya.

Sambil memanggil nama Sarah, crot crot crot, muncratlah sperma saya, enak dan lega walau masih punya mimpi dan keinginan menikmati tubuh Sarah. Saya juga suka melakukan masturbasi di rumah, di luar kamar di tengah malam atau pagi-pagi sekali sebelum semuanya bangun. Saya keluar kamar dan di bawah terang lampu neon atau terang bulan, saya telanjangi diri saya dan mengocok penis saya, menyebut-nyebut nama Sarah sebagai imajinasi senggama saya. Bahkan, saya pernah melakukan masturbasi di depan kamar Sarah, saya muntahkan sperma saya menetesi pintu kamarnya. Lega rasanya setelah melakukan itu.
Sarah saya amati memang terlihat seperti agak binal. Suka pulang agak malam diantar cowok yang cukup altletis, sepertinya pacarnya. Bahkan beberapa kali saya lihat dia suka pulang pagi-pagi, dan itu adalah pengamatan saya sampai kejadian yang menimpa saya beberapa hari sebelum bulan itu.

Dia memandangi saya dari kejauhan, melihat diri saya telanjang dan tidak dengan cepat-cepat membuka kamarnya. Sepertinya saya tangkap dia tidak grogi melihat saya, tidak juga saya tangkap keterkejutannya melihat saya. Saya yang terkejut.
Setelah dia masuk kamar, dengan cuek saya lanjutkan masturbasi saya dan tetap menyebut nama Sarah. Yang saya rasakan adalah seolah saya menikmati tubuhnya, bersenggama dengannya, sementara saya tidak tahu apa yang dipikirkannya tentang saya di kamarnya. Malam itu saya tidur dengan membawa kekalutan dan keinginan yang lebih dalam.
Paginya, ketika saya bangun, sempat saya sapa dia.

Ketika makan pagi sebelum berangkat kantor juga begitu.
“Kok semalam sampai larut sih?” tanya saya.
“Kok gak diantar seperti biasanya?” tanya saya lagi sebelum dia menjawab.
“Iya Mas, saya lembur di kantor, temenku sampai pintu gerbang saja semalam.” jawabnya sambil tetap menunduk dan makan pagi.
“Semalam nggak terkejut ya lihat aku?” saya mencoba menyelidiki.
Wajahnya memerah dan tersenyum. Wahh.., serasa jantung saya copot melihat dan menikmati senyum Sarah pagi ini yang berbeda. Saya rasanya dapat tanda-tanda nih, sombongnya hati saya.

Rasanya nasib baik berpihak pada saya. Sejak saat itu, kalau saya berpapasan dengan Sarah atau berbicara, saya dapat menangkap gejolak nafsu di dadanya juga. Kami makin akrab. Ketika kami berbelanja kebutuhan Puasa di supermarket, saya katakan terus terang saja kalau saya sangat menginginkannya. Sarah diam saja dan memerah lagi, dapat saya lihat walau tertunduk.

Saya harus siapkan semuanya. Saya siapkan tempat tidur saya dengan sprei baru dan sarung bantal baru. Saya mulai menata halaman samping, tapi tidak begitu ketahuan. Ahh, saya ingin menikmati tubuh Sarah di halaman, di meja, di rumput dan di kamar saya ini. Betapa menggairahkan, seolah saya sudah mendapat jawaban pasti.
Sabtu malam, malam semakin larut. Saya tidur seperti biasanya. Juga semua keluarga ibu kost. Saya memang sudah nekat kalau seandainya ketahuan. Saya sudah tutupi dengan beberapa pakaian yang sengaja saya cuci Sabtu sore dan saya letakkan di depan kamar saya sebagai penghalang pandangan. Tidak lupa, saya sudah menelan beberapa obat kuat/perangsang seperti yang diiklankan.

Tanpa malu dan sungkan dipeluknya saya, sementara tangan saya masih terus mengocok penis saya. Diciuminya punggung saya, sesekali digigitnya, lalu tangannya meraih penis saya yang menegang kuat.
“Sarah.. Sarah.. achh.. achh.. nikmatnya…” desah saya menikmati sensasi di sekujur penis saya dan tubuh saya yang terangkat tergelincang karena kocokan tangan Sarah.
“Uhh.. achh.. Sarah, Sarah.. ohhh.. saya mau keluar.. ohh..” desah saya lagi sambil tetap berdiri.
Kemudian saya lihat Sarah bergerak ke depan saya dan berlutut, lalu dimasukkannya penis saya ke mulutnya.
“Oohhh Sarah… Uhh Sarahhh.., Saarraahh… Nikmat sekali…” desah saya ketika mulutnya mengulumi penis saya kuat-kuat.
Akhirnya saya tidak dapat menahannya lagi, crott.. crot.. crot.., spema saya memenuhi mulut Sarah, membasai penis saya dan ditelannya. Ahh anak ini sudah punya pengalaman rupanya, pikir saya. Lalu Sarah berdiri dengan mulut yang masih menyisakan sperma saya, saya memeluknya dan menciuminya. Ahh.., kesampaian benar cita-cita saya menikmati tubuhnya yang putih, lembut, sintal dan buah dadanya yang menantang.

Ahh.., betapa manis pemandangan yang saya lihat. Tubuh sintal Sarah yang hanya dibalut dengan BH dan celana dalam. Wahhh.., membuat penis saya mengeras lagi. Saya lumati lagi bibirnya, saya menelusuri lehernya.
“Ehh.., emmhhh..!” desis Sarah menikmati cumbuan saya.
“Ehh.., ehhh..!” sesekali dengan nada agak tinggi ketika tangan saya menggapai daerah-daerah sensitifnya.

Terkadang dia mendesis, terlebih kalau tangan kanan saya atau kiri saya juga bermain di putingnya, sementara mulut saya menguluminya juga. Tubuhnya melonjak-lonjak, sehingga pelukan tangan kanan atau kiri saya seolah mau lepas. Sarah menegang, menggelinjang-gelinjang dalam pelukan saya. Lalu saya kembali ke atas, saya telusuri lehernya dan mulut saya berdiam di sana. Tangan saya sekarang meraih celana dalamnya, saya tarik ke bawah dan saya bantu melepas dari kakinya. Jadilah kami berdua telanjang bulat.

Kemudian saya remasi buah dadanya dengan tangan kiri saya, tangan kanan saya menjangkau vaginanya. Saya lihat taman kecil dengan rumput hitam cukup lebat di sana, lalu saya raba, saya coba sibakkan sedikit selakangannya. Sarah tergelincang dan menggeliat-geliat ketika tangan saya berhasil menjangkau klitorisnya. Seolah dia berputar pada leher saya, mulutnya saya biarkan menganga menikmati sentuhan di klitorisnya sampai terasa semakin basah.

“Oohh… aahh… aku nggak tahan lagi… masukkan..!” pintanya.
Malam itu, saya akhirnya dapat memasukkan penis saya dari belakang. Saya masukkan penis saya sampai terisi penuh liang senggamanya. Saat penetrasi pertama saya terdiam sebelum kemudian saya genjot dan menikmati sensasi orgasme. Saya tidak perduli apakah ada yang mendengarkan desahan kami berdua di halaman belakang. Saya hanya terus menyodok dan menggenjot sampai kami berdua terpuaskan dalam gairah kami masing-masing.

Ahh Sarah, dia berada dalam pelukan saya sampai Minggu pagi jam 8 dan masih tertidur di kamar saya. Saya bangun duluan dan agak sedikit kesiangan. Ketika melihat ke luar kamar, ohh tidak ada apa-apa. Saya lihat kedua cucu ibu kost saya sedang bermain di halaman. Mereka tidak mengetahui di tempat mereka bermain itu telah menjadi bagian sejarah seks hidup saya dan Sarah. Itulah pengalaman saya dengan Sarah di kost.