
Diantara teman kakak saya itu salah satunya adalah seorang dosen, namanya Ibu Eni. Tapi Ibu Eni tidak mengajar di Universitas saya. Kami semua yang tinggal dirumah ini memanggilnya Ibu, karena usianya memang sudah 39 tahun. Tapi Ibu Eni ini belum menikah.
Sore itu Ibu Eni menghampiri saya yang sedang melamun,
“Hayo lagi ngelamunin apa?” katanya mengagetkan saya.
“Kamu akhir-akhir ini kok sering ngelamun sih?” imbuhnya.
“Eh… gak pa-pa kok Bu” jawab saya.

“Kok kamu kelihatan sedih gitu sih” tanya Bu Eni.
“Aku baru putus sama pacarku” jawabku.
“Oh gitu… pantes aja akhir-akhir ini kamu sering kelihatan murung dan ngelamun sendiri” kata Bu Eni.
Janda Nakal - Karena kami sering bertukar cerita, lama-lama kami semakin dekat, hingga saya pun mulai menaruh perhatian sama Bu Eni. Suatu hari saya bangun agak siang karena saya sedang tidak enak badan, sampai saya harus bolos kuliah. Jam menunjukkan pukul 10.30, seperti biasa pada jam-jam segini suasana rumah memang sepi karena semuanya sedang kuliah. Tapi waktu itu saya sedikit heran karena saya mendengar seperti ada suara seseorang di dapur. Saya pun pergi ke dapur untuk melihat siapa yang disana.
“Eh Bu Eni, nggak ngajar Bu?” tanya saya.
“Kamu kok nggak kuliah?” tanya dia.
“Iya Bu, lagi sakit nih”
“Lagi sakit apa sakit?” goda Bu Eni.
“Ah Ibu bisa aja…”
“Kamu udah makan belum?” tanyanya.
“Belum Bu” jawab saya.
“Ya udah ini aku masakin sekalian. Tunggu ya”

“Kalau udah lama, apa nggak ada keinginan buat itu lagi?” celetuk saya.
“Enak aja, nafsu tuh gak kenal usia” katanya.
“Ooh… kalau gitu Bu Eni masih punya keinginan dong buat berhubungan sama lawan jenis?”
“Pasti dong” jawabnya.
“Terus, kalo mau gitu sama siapa?” celetuk saya.
“Aku mau kok” kata saya lagi.

“Maaf ya Bu kalau saya lancang ngomong seperti itu”
“Nggak kok, aku yang salah memulainya dengan meladeni kamu ngomongin soal itu”
Kata Bu Eni.
Mendengar hal itu saya merasa seperti mendapat lampu hijau. Saya pun memegang lembut lagi tangan Bu Eni, lalu saya dekatkan bibir saya ke dahinya. Saya kecup keningnya dengan lembut, Bu Eni hanya diam saja dan menutup matanya.
“Aku sayang kamu Bu Eni” bisik saya di telinganya.

“Jangan panggil Ibu, panggil Eni aja ya”
“Iya Eni… kita ke kamarku aja yuk” ajak saya.

“Aaaahhh… ssshh… terus sayang… aahhh…” desah Bu Eni.
Tangan saya tidak tinggal diam, saya elus-elus vaginanya dari luar celana pendeknya yang terbuat dari kain yang tipis itu. Bu Eni terus mendesah menikmati perlakuan saya.
“Aaahhhh… emmmhhhh…”

“Aahhh… ouchh… kamu pinter banget sih… aku udah gak tahan nih”
Ternyata Bu Eni sudah tidak sabar, dia lalu membuka celana dan juga celana dalam saya.
“Wah, besar banget” katanya, lalu mulai mengelus buah zakar saya.
“Aahhh… uuhhh…” nikmat sekali merasakan tangan lembutnya mengelus zakar saya.
Saya kemudian dengan sigap mengambil posisi 69. Saya pandangi vaginanya sejenak, lalu dengan perlahan tapi pasti saya mulai menciuminya dengan lembut. Saya jilati lubang kewanitaannya, saya berusaha memasukkan lidah saya kedalam lubang kemaluannya.
“Ssshhhh… aaahhhhh… oouchhhhh… terus sayang…” Bu Eni mengerang sambil menjilati penis saya.
“Aku juga enak sayang…” kata saya.
Mulutnya melumat habis kepala penis saya, lalu menjilatinya dengan penuh nafsu.
“Aaachhhhh… enak Eni… terus sayang”

Bleessh… dengan sekali dorong masuklah penis saya kedalam vaginanya yang sudah basah dan licin itu. Setelah masuk, saya diamkan sejenak, lalu mulai saya maju mundurkan pinggul saya. Mungkin karena ini yang pertama kali, baru sekitar lima menit saya melakukan gerakan seperti itu, lalu…
“Aaachh… oohhh… aku mau keluar… aaahhhh…” rintihnya.
“Tunggu… aku juga mau keluar… aachhh…”
Tak lama kemudian tubuhnya menegang, dan lubang kemaluaannya terasa menjepit penis saya. Saya juga sudah tidak bisa menahannya lagi, dan… “croot… croott… crott…” cukup banyak sperma saya muncrat didalam vaginanya. Saya langsung lemas dan tergeletak di sampingnya. Dia mencium lembut bibir saya. Kemudian kami cepat-cepat untuk beres-beres supaya tidak ada kecurigaan. Sejak kejadian itu saya sering melakukan hal itu dengan Bu Eni. Kami melakukannya saat rumah sedang sepi, atau kalau rumah sedang ramai dan kami ingin melakukannya, kami pun pergi ke hotel untuk melampiaskan hasrat kami.