
Satu hal yang membedakan saya dengan wanita-wanita normal lainnya adalah sejak kecil saya tidak pernah tertarik pada pria. Sebenarnya banyak pria yang suka dengan saya sejak saya masih SMA. Teman-teman saya juga banyak yang heran mengapa saya belum punya pacar juga, karena menurut mereka saya cantik. Saya selalu bilang kalau belum ada yang saya suka dan saya belum mau cepat-cepat pacaran. Ada juga yang pernah bercanda dan bilang kalau mungkin saya seorang lesbian. Sebenarnya teman saya itu betul, tapi saya tidak berani mengakuinya.

Waktu di SMA saya pernah punya teman dekat wanita. Kami sering pergi berdua dan saya suka sekali sama dia. Tapi sampai hari ini pun perasaan itu tidak pernah saya utarakan kepadanya karena saya tahu dia bukan seorang lesbian seperti saya dan saya tidak mau merusak persahabatan saya dengannya.

Di malam hari kami sering main ke kamar masing-masing untuk sekedar ngobrol atau nonton film. Kamar Tania juga ada kamar mandinya dan biasanya dia hanya melilitkan handuk setelah selesai mandi dan mengenakan pakaian di depan saya. Mungkin karena saya wanita juga, jadi dia tidak malu-malu, pikir saya. Di kamar biasanya Tania hanya mengenakan baju kaos longgar tanpa BH atau celana dalam lagi. Saya sering mencuri-curi pandang ke kemaluannya yang ditumbuhi oleh bulu-bulu yang lebat. Hampir seluruh badannya ditumbuhi bulu-bulu halus dan ini menambah keseksian dia.

Begitu saya keluar kamar mandi, dia cukup kaget melihat saya. Matanya terus memandangi tubuh saya dari atas ke bawah, dan dia berkomentar kalau badan saya seksi dan dia suka buah dada saya yang menurutnya walaupun tidak begitu besar tapi terlihat kencang. Tidak tahu kenapa, saat itu saya tidak merasa malu walaupun Tania terus memandangi saya, dan malah saya sengaja berlama-lama mengeringkan rambut saya sambil menghadap ke arahnya.

Pembicaraan kami pun berlanjut dan Tania menanyakan saya apakah saya pernah pacaran dengan wanita, karena dia heran kenapa sampai saat ini saya belum pernah punya pacar cowok. Saya bilang belum dan saya tidak melanjutkan jawaban lagi. Hal yang sama saya tanyakan ke Tania dan jawabannya sungguh di luar dugaan saya. Tania mengaku kalau sebenarnya dia adalah seorang lesbian dan dia pernah punya pacar wanita sewaktu di SMA. Terus terang, pernyataan itu membuat hati saya berbunga-bunga karena dia adalah wanita pertama yang saya suka dan kebetulan juga seorang lesbian.
Saya memberanikan diri untuk berterus terang ke Tania kalau saya juga seperti dia dan bahwa sudah lama saya memendam perasaan padanya. Tania tersenyum dan mengatakan bahwa dia juga punya perasaan yang sama, tapi juga tidak berani mengatakan yang sebenarnya kepada saya sebelum dia yakin kalau saya juga suka sama dia. Tania kemudian merebahkan kepalanya di pangkuan saya.
Sambil membelai rambutnya, kami terus ngobrol dan menyesalkan kenapa selama ini masing-masing selalu berpura-pura dan tidak berani berterus terang. Saya bilang kalau saya takut dia malah menjauhi saya kalau tahu saya seorang lesbian, karena sampai hari itu pun saya juga tidak tahu kalau Tania seperti saya juga.
Beberapa saat kemudian Tania mengajak saya naik ke ranjang. Kami berciuman lama sekali, dan itulah pengalaman pertama saya berciuman dengan seseorang. Tania kelihatan sudah cukup ahli, lalu tangannya mulai turun dan memegang buah dada saya. Saya sudah mulai terangsang dan saya minta dia untuk melepaskan baju tidur saya.

Ciuman Tania mulai turun dan dia kemudian membuka kedua kaki saya lebar-lebar. Rambut kemaluan saya disibakkan dan Tania mulai menjilati klitoris saya. Saya terus mengerang sambil memejamkan mata. Hanya dalam selang waktu beberapa menit saya menikmati ciuman pertama saya, sentuhan seorang wanita dan sekarang pertama kalinya juga seseorang menjilati kemaluan saya.
Tania terus memainkan lidahnya di kemaluan saya dari atas ke bawah dan beberapa kali menghisap klitoris saya seperti menghisap sedotan. Saya orgasme beberapa kali dan sepertinya Tania tidak memberikan kesempatan kepada saya untuk bernapas dan terus memainkan lidahnya dan menjilati saya dengan semakin bernafsu.
Setelah puas menjilati saya, dia meminta saya untuk melakukan hal yang sama kepadanya. Saya mulai dengan menjilati buah dadanya yang lumayan besar dan putingnya yang berwarna merah kecoklatan. Putingnya juga besar dan sepertinya sensitif sekali, karena Tania langsung mendesah-desah dengan keras begitu saya menjilati putingnya. Tania meminta saya untuk menjilati kemaluannya, tapi saya masih belum puas bermain-main dengan putingnya yang seksi itu.

Saya lanjutkan dengan menjilati kemaluannya, matanya dipejamkan dan kedua tangannya ditaruh di atas kepala saya sambil sedikit menekan-nekan dan mengarahkan jilatan saya ke klitorisnya. Ternyata menjilati kemaluan wanita sangat nikmat, lebih dari yang selama ini saya bayangkan. Saya membuka bibir kemaluan Tania dan saya jilati bagian dalamnya yang berwarna kemerahan. Tania sudah sangat basah dan semakin keras mengerang.
Kemudian Tania meminta saya untuk bangun dan melakukan posisi 69 dengan tubuh saya berada di atas tubuhnya. Kami saling menjilati kemaluan satu sama lain sampai akhirnya kami beberapa kali orgasme. Setelah lelah, kami berciuman kembali dan tidur berpelukan sepanjang malam. Saya benar-benar menikmati pengalaman pertama saya ini, apalagi dengan orang secantik dan selembut Tania.

Percintaan kami berakhir dua bulan yang lalu waktu Tania beserta keluarganya pindah ke Australia. Saya sangat kehilangan dirinya dan tidak tahu apakah saya akan mendapatkan orang seperti dirinya lagi.
Saat ini saya sangat kesepian dan kadang-kadang timbul keinginan untuk menceritakan keadaan saya yang sebenarnya ke orang lain, mungkin saja dengan begini saya akan lebih mudah mendapatkan teman wanita. Tapi sepertinya saat ini saya belum siap dan saya terlalu takut orang tua saya akan kecewa dan marah besar kalau mereka tahu satu-satunya anak wanitanya adalah seorang lesbian.