
Tadinya aku pun disuruh pindah ke rumah orang tuanya tapi aku tidak mau karena aku paling risih kalau disuruh tinggal di rumah orang walaupun rumahnya besar tetapi lebih enak tinggal di rumah sendiri walaupun rumahnya agak kecil (type 70), mau ngapain juga terserah dan bebas.
Oleh sebab itu maka sejak istriku melahirkan sampai anakku sekarang berumur 3 tahun, istriku masih sering tinggal di rumah orang tuanya, karena anakku juga sudah terbiasa tinggal di sana jadi kalau diajak pulang ke rumahku suka tidak betah dan minta pulang ke rumah neneknya, soalnya kalau di sana rumahnya selalu ramai ada kakak-kakak iparku yang juga sayang padanya dan selalu dimanjakan sedangkan kalau pulang ke rumahku tidak seramai di sana, di sini dia hanya punya 1 orang teman yaitu pembantuku yang kadang-kadang sibuk mengurusi segala keperluannya, sedangkan aku dan istriku kadang- kadang sibuk mengurusi pekerjaannya masing-masing.
Karena seringnya istriku jarang pulang sehingga aku lebih sering tinggal bersama pembantuku, segala keperluanku semuanya sudah diatur oleh pembantuku, mulai dari menyiapkan makan, menyiapkan pakaianku untuk ke kantor dan segala-galanya disiapkan olehnya. Hanya satu yang dia tidak bisa membantu yaitu tentang urusan seks. Memang untuk urusan yang satu itu jika aku lagi kepingin aku menyuruh istriku pulang dan aku melakukannya sampai sama-sama puas, tapi bagaimana kalau istriku tidak bisa pulang atau dia lagi kedatangan "tamu" bulanannya? Itulah yang menjadi kendala bagiku, lagi-lagi aku harus bermasturbasi (beronani) sendiri sambil menonton VCD porno atau membaca buku karangan Enny Errow, sambil mengelus-elus alat vitalku yang kian mengeras, tak terasa lama-lama aku jadi mengocoknya sampai akhirnya... "Cret... cret..." air maniku keluar.
Malah pernah suatu kali aku lagi kepingin berat, ternyata istriku tidak bisa pulang, karena hari itu dia benar-benar capek sekali habis pulang kantor. Dan kalau begini urusannya pasti harus beronani ria lagi deh, maka cepat-cepat aku memutar VCD porno yang baru kupinjam dari temanku di kantor. Sambil menonton aku memainkan batang kemaluanku yang sudah menegang, tapi sampai tanganku pegal aku belum orgasme juga, maka aku pindah ke kamar tidurku dan melepaskan semua pakaian yang melekat di badanku hingga aku benar-benar polos alias bugil.

Aku tidak sadar kalau pintu kamarku tidak tertutup rapat tidak tahunya pembantuku itu rupanya dari tadi mengintipi aku. Memang biasanya kalau aku sedang onani atau aku sedang bermain bersama istriku, pembantuku kusuruh jangan masuk ke ruang keluarga. Rupanya dia jadi curiga, sedang apa aku di sana dan rupanya dia sering mengintipiku tanpa kusadari. (Oh ya, belum kukasih tahu ya, pembantuku itu orangnya memang agak cantik, pendidikannya SMP, badannya langsing, rambutnya sebahu, kulitnya putih bersih, (mirip seperti artis siapa ya...) tingginya sama seperti istriku, umurnya baru 19 tahun, kalau dilihat sekilas sepertinya dia tidak cocok deh jadi pembantu mungkin cocoknya jadi istri keduaku kali ya).
Statusnya juga tidak jelas, janda bukan perawan juga bukan, karena dia pernah dikimpoikan oleh orang tuanya, dengan lelaki yang sudah berumur sekitar 55 tahun dan baru kimpoi 5 hari dia kabur dari rumah suaminya, karena tidak tahan dengan perlakuan suaminya yang sering meminta yang tidak- tidak, dia bercerita kepada istriku. Istriku malah menanyakan lagi yang tidak-tidak bagaimana sih maksudnya. "Itu loh Bu (Ibu adalah panggilan untuk istriku) aku disuruh nungging eh tahu-tahu pantat saya ditusuk sama kontol suami saya, wah... sakitnya bukan kepalang Bu, malah sehabis digituin oleh suami saya jadi tidak bisa tahan lagi kalau saya sakit perut tau-tau langsung berak aja, habis lubangnya jadi gede kali dan tidak bisa balik lagi, padahal kan sudah ada tempatnya Bu, eh malah cari-cari lubang yang lain, ini aja juga lubang memek saya jadinya gatal terus maunya dipegangin aja, padahal kan saya juga sudah kasih tau ke suami saya masukinnya di lubang memek aja Mas, jangan di pantat soalnya sakit sekali Mas dan saya jadi tidak bisa nahan berak, tapi dia masih aja nusuknya di lubang pantat, coba aja Ibu bayangin selama 5 hari pantat saya ditusukin terus, dari pada digituin setiap hari mendingan saya kabur aja ke Jakarta.

"Eh.. anu... Pak, tidak apa-apa," jawabnya, dan buru-buru ia menutupi dengan baju roknya dan aku pun dengan gerakan refleks menarik selimut untuk menutupi tubuhku yang masih telanjang. "Tia sini deh bisa tolong pijitin saya, badan saya pada sakit nih," kataku sambil pura-pura mengalihkan pembicaraan.
Sambil ragu-ragu akhirnya ia menghampiriku dan berdiri di dekat ranjang. "Ayo Tia pijitin dong! jangan diam saja," dan akhirnya dia pun mau memijiti badanku. Setelah beberapa lama dia pun bertanya kepadaku,
"Pak, tadi Bapak lagi ngapain sih, kok sambil telanjang?"tia bertanya
"Ah.. tidak, saya lagi pakai obat biar tetap kuat," jawabku seenaknya.
"Memangnya kalau tidak pakai obat, tidak kuat ya Pak?"kata tia
"Sembarangan, emangnya kamu mau coba ktaku lagi, "Laah kamu sendiri ngapain, lagi nyapu kok tangannya dimasuk-masukin ke memek?jawabku
"Ah.. nggak Pak, ini memek saya dari pagi gatal terus maunya dipegang-pegang aja..."jawabnya gugup
Coba sini saya periksa, jangan- jangan kamu terkena penyakit lagi."
"Ah jangan Pak, saya malu, biar saya garuk sendiri aja, tapi ngomong-ngomong Bapak juga lagi ngapain, kok telanjang sendirian?" "
Ah, tidak, saya juga dari pagi lagi gatal nih."
"Ibu nggak datang ya Pak?"
"Tidak, Ibu kecapean kali.
Habis di kantornya lagi banyak kerjaan."
"Pak, kalau saya garukin mau nggak Pak?"
"Ia sini garukin saya, tapi pelan- pelan ya.
" "Tenang saja Pak kalau soal garuk- menggaruk saya sudah ahli Pak, soalnya saya pernah diajari oleh bekas suami saya."

Pembantu kan cuma jabatannya tapi kalau memeknya kan sama aja." "Iya Pak tapi saya pernah dipesan oleh Ibu. Kamu jangan coba-coba ngerayu suami saya ya, nanti saya keluarin kamu, makanya Pak, Bapak jangan bilang-bilang sama Ibu ya, nanti kalau saya dikeluarin bagaimana, saya mau tinggal di mana Pak." "Iya deh, saya juga tidak bakalan bilang sama Ibu. Pokoknya begini aja deh kalau ada Ibu kamu tidurnya di kamar kamu tapi kalau tidak ada Ibu kamu tidurnya di sini aja sama saya." "Iya deh Pak, tapi saya tidak kuat tidur di kamar ini soalnya AC dingin sih Pak. "Nantikan ada saya, kalau sudah dipelukin juga nggak dingin lagi." Memang sih dari dulu juga aku sudah punya niat mau "gituin" dia kalau lagi tidak ada istriku daripada ngocok sendiri. Tapi aku masih ragu, jangan-jangan dia "ngaduin" macam-macam ke istriku, wah.. bisa gawat tuh.
Tapi tidak tahunya malah kebalikan dia malah suka, kalau tahu dia suka, dari dulu saja, jadi tidak usah onani sendiri betul tidak teman-teman? Soalnya aku terus terang saja paling tidak suka sama cewek-cewek WTS, soalnya bukanya apa-apa, penyakitnya itu yang paling repot dan juga bayarannya yang mahal. Ya, paling tidak kalau kita mau yang bersih, bayarannya yang "gope" ke atas kalau yang "gope" ke bawah itu mah tidak bisa dijamin kebersihannya, malah pernah temanku main yang harga bookingannya Rp.350.000 katanya bersih tapi tidak tahunya tetap saja kena penyakit. Daripada buang- buang duit dan cari penyakit buat cuma "ngecret" doang mendingan ngocok sendiri. Memang sih waktu dulu aku masih kerja di PT.XXX gajiku sangat berlimpah, aku cuma kasih ke istriku setengahnya dan sisanya kusimpan sendiri.

Kalau dihitung-hitung sudah berapa puluh juta uang yang dibuang percuma untuk "ngecret" doang. Sambil terus melamun batang kemaluanku terus dihisap serta dijilati oleh Tia pembantuku. Tiba- tiba dia berkata, "Kok, ngelamun Pak, pasti keenakan ya.." "Iya, habis kamu tidak dari dulu sih bilang kalau kamu juga suka ngeseks.." "Iya Pak, saya juga nyesel tidak dari dulu bilang ke Bapak, habis saya takut sih.." "Eh, Tia ngomong-ngomong waktu dulu, kalau kamu lagi kepingin bagaimana..? "Ya.. saya main sendiri Pak, kadang- kadang kalau saya ke pasar saya beli ketimun Pak buat main sendiri.." "Wah... berarti ketimun yang kamu sering masak bekas kamu pakai ya..?" "Tidak Pak, kan saya beli ketimunnya banyak Pak, lagian kalau habis dipakai untuk itu biasanya ketimunnya bonyok Pak.." "Tapi pernah kan kamu kasih saya timun yang hancur? waktu itu kamu bilang timunnya hancur gara- gara tas plastik bawaan kamu putus hayyyoo..." "Iya deh Pak, saya minta maaf lagi, soalnya waktu itu saya kepengen berat Pak, jadi saya pakai dulu ketimunnya, sehabis saya main saya pergi lagi ke pasar untuk beli ketimun eh.. sudah kehabisan Pak, jadi saya pakai saja yang itu, soalnya Bapak kalau makan kan musti ada lalapannya.
Tapi tidak usah kawatir Pak, timunnya sudah saya cuci bersih kok Pak..." "Tapi rasanya lain ya Tiaaa, saya juga sudah curiga.." "Lain bagaimana Pak?" "Ya, rasanya lebih enak dan gurih, pasti karena sudah kecampur dengan lendir kamu.." "Ah.. masa Pak, kalau begitu lain kali sebelum dimakan saya pakai dulu ya Pak, soalnya sayang kan dari pada dibuang." "Ya lain kali ngapain kamu pakai ketimun lagi, kan kamu bisa bilang ke saya nanti saya kasih ketimun saya yang lebih enak dan empuk." "Ia Pak, kok Bapak punya gede banget sih Pak, kayak ketimun saja, punyanya bekas suami saya saja tidak segini besar Pak, wah.. pasti enak banget ya Pak kalau dimasukin ke memek saya.

"Aaahhh... haayooo Pakk masukin biar dalam Pak! terus Paakkk dorong Pak dari bawah ini musti masuk semua ke dalam memek saya Paakk jangaan disisain Pakk..." Sambil terus menggoyangkan pantatnya dia berusaha memasukkan batang kemaluanku yang besar dan panjang ini. Aku tidak tinggal diam, aku berusaha mendorongnya kuat-kuat batang kemaluanku ke dalam liang kemaluannya tapi rasanya sudah tidak bisa masuk lagi karena sudah mentok, karena batang kemaluanku panjangnya 20 cm dengan diameternya 4 cm sedangkan lubang kemaluannya mungkin kedalamannya cuma sekitar 16-17 cm jadi tidak bisa masuk semuanya.

"Pak... sekarang gantian dong saya yang di bawah, Bapak yang di atas supaya lebih bervariasi gitu..." sambil batang kemaluanku masih menancap pada lubang kemaluannya, aku merubah posisi yang tadinya aku di bawah sekarang aku di atas sehingga aku lebih leluasa memandangi tubuhnya yang mulus tanpa dibungkus sehelai benang pun yang baru pertama kali aku melihatnya.

"Kenapa dicabut Pak? Hayo masukin lagi Paak... cepat Paakk!" "Tunggu Tia, saya mau pakai kondom dulu, soalnya saya takut nanti kamu hamil..." "Iya Pak, ceepett Pak pakainya, saya sudah tidak tahan nih mau keluarrr.." Sesudah memakai kondom maka aku pun memasukkan kembali batang kemaluanku ke dalam lubang kemaluannya, tiba-tiba... "Acch..." Dia memelukku erat sekali sampai aku susah sekali bernafas. "Aaahhh.. aaahhh... saya sudah tidak tahan Pak, saya mau keluaaarrr aahh... ssshh... wah eeenaak sekali Pak, aachhh... aaahhh tapi Bapak belum keluar ya?" "Iya saya juga sebentar lagi... makanya saya pakai kondom supaya saya bisa keluarin di dalam. Tia sekarang kamu nungging ya, saya mau masukin dari belakang..." "Ah jangan Pak, nggak mau ah nanti pantat saya sakit." "Tidak, saya juga tidak mau masukin di pantat, saya masukinnya di memek kamu tapi kamu nungging ya..." "Begini Pak..." "Iya.." Ternyata dengan posisi nungging lubang kemaluannya semakin sempit, lebih terasa gesekannya. Dan akhirnya aku pun mengakhiri permainanku karena aku pun sudah orgasme. "Aahhh... Terima kasih Tia kamu sudah membantu saya..." "Terima kasih juga Pak, Bapak juga telah membantu saya, rupanya kita sama-sama kesepian ya Pak." "Iya dan hobi kita juga sama ya Tia, suka mencari kenikmatan dengan berseks ria." "Iya Pak, saya juga capai sekali Pak..." "Iya sudah kamu tidur di sini saja sekalian temani saya tidur." "Iya deh Pak, tapi dipelukin ya Pak, saya kedinginan nih..." "Iya deh.. Oh ya Tia, bagaimana kalau besok kita ke klinik..." "Emangnya mau apa Pak, gatal saya sudah sembuh kok Pak." "Bukan maksud saya kamu pakai kontrasepsi aja, jadi saya tidak harus pakai kondom terus, kan kamu juga tidak enak kalau ada plastiknya, nanti kalau ditanya sama dokternya bilang aja kamu istri saya dan kamu tidak mau hamil dulu karena kamu masih sekolah." "Iya deh Pak, kita atur aja Pak, supaya kita sama-sama bisa enak." Dan sejak malam itu kalau istriku tidak ada di rumah, maka Tia yang selalu menemaniku tidur. Tapi sayang Lebaran nanti dia mau pulang kampung untuk menengok orang tuanya, dan dia berjanji akan kembali ke Jakarta, tapi aku ragu apakah dia diperbolehkan kembali ke Jakarta oleh orang tuanya?