
Selama setahun pernikahan kami berjalan ini, kami pernah ke Bangkalan dan mampir di rumah Tina. Rupanya dia juga sudah menikah dengan seorang pengusaha katanya. Rumah Tina tidak jauh dari rumah orang tuanya alias tante istri saya. Genap 2 tahun perkawinan kami, kami telah dikarunai seorang anak laki-laki yang sehat dan saat itu masih berusia 27 hari. Berarti sudah 1 bulan lebih adik kecilku di selangkangan nganggur.
Saya ditugaskan ke bangkalan karena urusan kantor selama 2 hari dan terpaksa harus menginap dibangkalan. Iseng iseng saya main ke rumah Tina. Belakangan saya tahu suami Tina mempunyai usaha di Surabaya, dan hanya pulang ke Bangkalan seminggu sekali di hari sabtu, dan hari senin balik lagi ke Surabaya. Kami ngobrol banyak tentang keluarga dan tak terasa malam semakin larut, niat utk menginap di rumah Tina semenjak siang tadi sudah menjadi cita cita, tapi dengan alasan yang dibuat buat, saya bangkit berdiri ingin pamitan.
“Lho… mau kemana?”
“Mau balik ke penginapan” jawabku.

“Bi ijah udah tidur dari tadi, jam 8 sudah ndengkur malah” tambahnya lagi.
Saya bersorak dalam hati, “Horeee umpanku berhasil juga” pikirku.
Kemudian lagi tambahnya, “Tina paling seneng nonton serial komedi di TV tapi acaranya malam bener, kalo sendiri Tina kadang takut dirumah sebesar ini ”
Rupanya acara itu sedang menayangkan cerita selingkuh selingkuhan dengan gaya kocak, sayapun menikmatinya. Kami duduk berdekatan disofa yang panjang, sambil minum coca cola dan kacang garuda yang saya bawa tadi sore. Ia asik menatap adegan demi adegan di TV, saya meliriknya,
“achhhhhh sepupu istriku ini memang cantik dan lincah, juga periang” Bisikku dalam hati.

“cuupp…”
Tepat di pipi kirinya. Ia menatap saya sejenak, sambil meninju kaki saya seakan kejadian itu juga lucu, Ia hanya senyum, tidak marah.
“achhhhhhhh aku harus lanjutkan perjuanganku demi adik kecilku” Kata saya dalam hati.
Saya dekatkan badan saya, kami duduk rapat sekali, tangan saya melingkar diatas pundaknya dan ia cuma diam. Saya tarik badannya mendekati badan saya, ia juga diam. Saya balikkan wajahnya, saya kecup bibirnya pelan, selembut mungkin, ia hanyut. Ciuman saya dibibirnya terbalas, lidahnya bergoyang dalam mulut saya, kami pun berpagutan. Akhirnya dengan tidak diketahui siapa yang mulai kami berdiri, TV kami matikan, kami berjalan kekamar paling depan.

“Aku kepengen pipisss sayang, aku ke kamar mandi dulu yah... boleh?” pintanya memecah kesunyian.
Kami masih berpelukan erat sambil kubelai-belai punggungnya dengan tangan kiriku dan agak kuremas-remas pantatnya dengan tangan kananku.
“Boleh, tapi jangan lama-lama ya, aku belum apa-apa nih…” ujarku jahil sambil tersenyum.
Sambil mencubit pinggang saya Tina melepas pelukannya, melepas penis saya yang bersarang di liang vaginanya sambil memejamkan matanya menikmati sensasi pergeseran penis saya dan didinding-dinding vaginanya yang memisah untuk kemudian berdiri dan berjalan keluar kamar mandi. Saya menatapi Tina berjalan menuju kamar mandi dalam kamarnya yang besar. Indah sekali pemandangan tubuhnya dari belakang, putih mulus dan tanpa cacat.

“Ahh... punyamu enak ya Tina, bisa ngempot-ngempot gini” ujarku memuji
“Enak mana sama punya isterimu?” tanyanya sambil menghadap kearah wajahku dibelakangnya dan tersenyum
“Punyamu hisapannya lebih hebat. mmhh...” saya cium mesra bibirnya dan Tina memejamkan matanya. Kemudian saya cabut penis saya.
“Ploop” “Aahh…” Tina agak menjerit, dan cepat saya gandeng tangannya keluar dari kamar mandi dan kembali ketempat tidur.

“Mmhh… mmhh...” tangan kanannya meremas-remas penis saya yang masih saja gagah setelah 2 jam bertempur.
“Kamu hebat mas, udah 2 jam masih keras aja. Dan kamu bener-bener bikin aku puas.” puji Tina.
“Sekali lagi yaa, yang ini gong nya, aku bikin kamu puas dan nggak akan ngelupain saya selamanya, oke?!” balasku.
Saya mulai menggeser tubuh saya dan mengangkanginya, kemudian tangan saya menuntun penis saya memasuki liang vaginanya menuju pertempuran terakhir pada hari itu.
“Sleepp”
“Auuwhh…” Tina agak menjerit.

“Hehhnghh… engghh.. aahh…!!” erangnya.
Saya mulai memaju mundurkan gerakan pinggul saya, perlahan-lahan makin lama makin cepat, makin cepat, dan makin cepat. Sementara Tina yang berada dibawah saya mulai melingkarkan kedua kaki indahnya kepinggang saya dan kedua tangannya memegang kedua tangan saya yang sedang menyangga tubuh saya. Tina mengerang-erang, mendesah-desah dan melenguh-lenguh,
“Aahh… oohh… sshhh… aaahh… enghh… aahh… mass… aahh… teruss… teruss mas.. oouchh… enghhh…”
Sementara saya pun terbawa suasana, dengusan nafas kami berdua yang memburu dengan menyertainya mendesah, mengerang, dan melenguh bersamanya.
“Enghh… Tiinaaa… oouhh… ennakh… sayang…??” tanya saya
“He eh… enghh… aahh… enghh… enakhh… banghethh… mass… aaahh…” lenguhannya kadang meninggi disertai jeritan-jeritan kecil dari bibir mungilnya.
“Oohh… maasss… oouchh… enghh…”

Saya lepas pelukan saya untuk kemudian saya merubah posisi yang tadinya menidurinya ke posisi duduk. Saya angkat kedua kaki Tina yang indah dengan kedua tangan saya dan saya buka lebar-lebar untuk kembali saya pompa batang penis saya kedalam liang vaginanya yang makin basah dan makin menghisap-hisap.
“Enghh… maasss… oohhh… saa… yang… aahhh...”
Kedua tangan Tina meremas erat bantal dibawah kepalanya yang menengadah keatas disertai rintihan, teriakan, desahan dan lenguhan dari bibir mungilnya yang tidak berhenti. Kepalanya terangguk-angguk dan badannya terguncang-guncang mengimbangi gerakan tubuh saya yang makin beringas.

“Oohh… aahhh… mas… enghh… eeeenn… nnak… aahhh... mmhhh … aahh… enghh… oohh…” desahan dan rintihan Tina menikmati gesekan-gesekan batang penis dan rojokan-rojokan kepala penis saya berirama merangsang sayau untuk makin memacu pompaan saya, nafas kami saling memburu.
Setelah mulai kurasakan ada desakan dari dalam tubuh saya menuju penis saya, saya merubah posisi lagi. Kedua tangan saya bersangga pada siku-siku tangan saya dan membelai-belai rambutnya yang sudah basah oleh kucuran keringat dari kulit kepalanya. Sambil saya merapatkan tubuh saya diatas tubuh Tina, kedua kaki Tina mulai menjepit pinggang saya lagi untuk memudahkan kami melakukan very deep penetration, rintihan dan desahan nafasnya yang memburu masih terdengar meskipun kami sambil berciuman.
“Mmnghh… mmhh… oohh… ahh… mass… mmhh… enghh… aahh...”
“Oohh… Tinaa… enghh… kalau… mau sampai… oohh… bilang… ya… sayang… enghh… aahh...” ucap saya meracau
“Iyaa… ooohh… enghh… aahh… aahh…”

“Oohh… enghh… aahh… mass… oohh… uudahh… belomm… engghh… aku… udahh… ngga… kuat… niihh… aahh…”
Erangan-erangan kenikmatan Tina disertai tubuhnya yang makin menggelinjang hebat dan liang vaginanya yang mulai mengempot-empot dan menghisap-hisap hampir mencapai klimaksnya.
“Dikit… lagi… sayang… oohh… enghh… mmhh… aahh... aahh…” sambut saya karena penis saya juga sudah mulai berdenyut-denyut.
“Aahh… maaasssss… noww… noww… oohh… oohh... enghh… aahh… aahh…” jeritnya.
“Yeeaaaahh… Tiiinn… naaaa… aahh… enghh… aahh…” jeritan saya mengiringi jeritan Tina.
Dan akhirnya “Aahh… aahh… enghh… mmhh… aahh…”

“Aahh… mmhh… oohh… enghh… emnghh… maasss… aahh… emmhh… hhuuhh…”
Nikmat yang kami reguk sangatlah dahsyat dan sangat sulit dilukiskan dengan kata-kata. Sementara kami masih saling berpelukan erat, vagina Tina masih mengempot-empot dan menghisap habis cairan sperma saya seakan menelannya sampai habis, dan penis saya masih berdenyut-denyut didalamnya,dan kemudian secara perlahan tubuh kami mengendur saling meregang, dan saya pun jatuh tergulir disamping kanannya.

“Mas… kamu hebat banget, aku puas banget malam ini, sampai klimaks beberapa kali, belum pernah aku alamin sebelumnya, hemmhh..” Tina berkata sambil menghela nafas panjang.
“Makasih ya sayang… thank you banget..” ujarnya lagi sambil kami berciuman mesra sekali seakan tak ingin diakhiri.
Tak terasa kami sudah mereguk kenikmatan berdua lebih dari 4 jam lamanya dan hari sudah menjelang pagi. Setelah puas berciuman dan bermesraan, kami berdua menuju kamar mandi untuk membasuh keringat yang membasahi tubuh kami, kami saling membasuh dan membelai tak lupa diselingi ciuman-ciuman kecil yang mesra.